Penghuni Hati


Pepol Zainuddin
Jalan Matahari Putra
Kuala Lumpur



Kehadapan isteriku yang disayangi,

Ini surat pertama yang saya karang sesudah kamu berpindah ke dunia abadi genap seratus dua puluh purnama yang lalu.  Pada setiap dimensi dan waktu, dapat dirasakan kamu senantiasa dekat pada saya.  Tiap kali saya hendak keluar rumah, wajahmu masih ada di muka pintu, tersenyum, melambai dan mengucap "hati-hati memandu, moga lekas pulang".  Dan saya sering membalas "Tidak apa-apa jika lewat pulang, wajah kamu sudah melekat di setiap sudut mata saya, hadir di mana saya berada".

Hari ini, detik ini, saat ini, amanah yang tuhan kurniakan pada kita berdua masih utuh saya jaga.  Reza Saifulputra, anak laki-laki kita, sudah tumbuh menjadi jejaka betubuh kekar dan berakal cerdas.  Masa senggangnya sering dihabiskan dengan menggendong kamera ke hulu ke hilir memotret keindahan alam.  Islan Saifulputri, anak perempuan kita, juga sudah semakin meningkat umurnya, semakin mirip wajah ibundanya.  Mujur swafoto bukan kegemarannya, tetapi dapur yang sering menjadi laman permainannya.  Ada dia minta keizinan mahu sertai kelas penulisan puisi.  Saya turutkan aja kerna membunuh angan-angan anak muda itu besar dosanya bagi saya.

Saya tidak dapat meneruskan tulisan ini kerna saya bimbang meja kerja saya ini akan basah dek tetesan air mata.  Terima kasih kerna hadir memberikan keseimbangan dan menciptakan harmoni dalam kehidupan saya dan anak-anak kita.  Mata kamu yang cantik, indah memukau itu akan tetap menjadi pendamai hati saya yang utama.  Ingatlah, kamu ditakdirkan menjadi bahagian pada diri saya dan diri saya juga sudah menjadi bahagian dari diri kamu.

Yang benar,

Suamimu.